"),

Blogger Template by Blogcrowds

.


Pada awalnya berjalan sendirian adalah pilihan yang tepat. Menghindari segala macam kontak yang bisa menjerumuskan pada hal-hal yang tidak semestinya kamu alami adalah rencana yang begitu sempurna. Kamu hanya perlu bekerja seperlumu, berbicara jika diminta, dan tidak perlu membahas yang tidak penting dengan orang lain. Lakukan saja hidupmu seolah tak ada yang lebih penting dibanding dengan bertahan hidup dengan nyaman.

Dari pola pikir seperti ini kamu akan mendapati sikap apatis dan sandiwara penuh dialog dramatis. Awalnya kamu akan merasa tidak peduli. Tapi memang begitu. Kamu tak akan peduli pada apapun yang tidak ada sangkut pautnya dengan hidupmu. Kamu akan kehilangan rasa empati. Ketika orang lain dirundung masalah, tak sedikitpun kamu merasakan apa yang mereka rasakan. Kamu tidak akan merasakan ikatan. Hidupmu bebas seperti seorang atheis yang tidak memiliki hubungan dengan ketuhanan.

Tapi pernahkah kamu mendengar seorang atheis yang memutuskan memeluk sebuah agama? Sekali? Dua kali? Seberapa sering? Ketika seseorang yang bahkan memutuskan tidak akan memiliki ikatan dengan tuhan mengikatkan dirinya sendiri itu artinya kebutuhan jiwa tidak mungkin dihindari. Akan selalu ada titik ketika kamu membutuhkan kehadiran orang lain untuk membantu kesehatan jiwamu. Akan selalu ada waktu ketika tangis diam-diammu didengar bagian tubuhmu yang tidak ada sangkut pautnya dengan kesehatan jasmani. Akan ada waktu untuk kamu sadari bahwa ketukan untuk bersosialisasi tidak bisa dibiarkan lebih lama lagi.

Pada akhirnya momen dramatis kamu yang apatis akan merengkuh sesuatu yang lebih manis. Mencoba untuk membuka diri bukanlah sebuah kesalahan. Menjalin ikatan dengan orang lain memang akan memaksamu untuk mengalami hal-hal yang mungkin lebih suka kamu hindari. Tapi itu hanya segelintir rasa pahit. Ada setumpuk perasaan lain yang jauh lebih menyenangkan dibandingkan harus hidup seorang diri.

Rasa peduli itu ternyata lebih nyaman dibanding harus berdiam diri menghindari masalah. Ikatan perasaan yang terjalin ternyata sangat menggetarkan dibanding harus berpura-pura melempar senyum dengan sayang. Memutuskan untuk memerhatikan dan diperhatikan itu ternyata lebih menenangkan dibandingkan hanya berjalan menyamping tanpa peduli nyawa orang lain mulai meregang.

Betapa indahnya mencintai dan dicintai.

Tapi bukan berarti semua akan semanis yang orang lain bicarakan. Hal yang kamu hindari pada akhirnya akan terjadi juga. Rasa sakit tidak bisa dihindari. Itu semua kodrat Yang Maha Mengatur untuk membuat kamu paham arti hidup sesungguhnya. Bertahan dan dipertahankan. Hukum rimba memang benar: siapa yang kuat dia yang bertahan. Maka, kamu harus menguatkan diri untuk guncangan hidup yang lebih dahsyat ketika kamu ingin menikmati hal yang lebih hebat.

Mari kita analogikan seperti ibu bersalin. Ketika seorang ibu berada di antara hidup dan mati untuk melahirkan bayinya, tak sedikitpun dia menyesal telah memilih hamil dan melahirkan. Rasa sakit yang tidak terperi dia tahan hanya untuk mendapatkan kebahagiaan yang lebih murni. Saat dorongan meneran terakhir ibu memecahkan tangisan bayi, sesungguhnya seorang ibu telah melewati fase guncangan yang dahsyat untuk selanjutnya mendapatkan nikmat yang lebih hebat.

Ketika akhirnya kamu memutuskan untuk bersosialisasi, membuka diri, menerima orang lain di dalam kehidupanmu yang selama ini kamu tutup rapat, satu hal yang perlu kamu lakukan adalah buang kunci yang selama ini menutup hatimu untuk dunia luar. Sekali terbuka, jangan pernah biarkan menutup lagi. Seperih apapun hidup yang kamu jalani sekarang, jangan pernah berpikir untuk kembali menutup diri. Karena kamu hanya akan mengalami hal yang serupa berulang-ulang. Ini hanya masalah waktu membolak-balikkan hatimu untuk berpindah dari sosialis menjadi apatis lalu kembali ke awal. Begitulah siklus hidup bagi kamu yang tidak pernah kuat menahan tekanan hingga akhirnya kamu mati dalam keadaan membingungkan. Kamu hidup sebagai sosialis atau hanya seorang manusia yang apatis?

Postingan Lama

anita agustina. Diberdayakan oleh Blogger.