"),

Blogger Template by Blogcrowds

.

Cerpen: Telaaaaat!

Haloooo :D I'm the pretty lady is back! muehehe, kali ini gue bawa cerpen yang bisa dibilang miris. tapi gatau deh menurut kalian gimana. semoga tanggapak kalian wahai para pembaca yang budiman baik untuk meningkatkan hasil karya tulis gue :)
okay, lets read it! harap tinggalkan komentar bagi kalian yang peduli :)



Cek buku… lengkap..
Cek bahan praktek… lengkap…
Novel temen… ada..
Fuih, lengkap semua tinggal sarapan deh, batinku. Jam 06.00, masih banyak waktu buat sarapan. Pokoknya hari ini gue ga boleh telat! Ada praktek biologi. Kasihan kelompok gue, kalo gue malah nangkring di gerbang dan gak ikutan praktek gara-gara gak boleh masuk.
Selesai sarapan aku mengecek kembali bawaanku, takut ada yang ketinggalan. Yep! Masih lengkap.
“Ma, Nita berangkaaaat… assalamualaikum..”
Pagi ini cerah, tak seperti biasanya yang selalu mendung karena musim hujan. Aku melangkah dengan santai karena waktu masih menunjukan pukul 6.20, yang artinya aku aman dan tak akan terlambat. Sampai di terminal, tak kulihat satupun angkot yang berseliweran.mungkin masih pagi, sehingga belum ada angkot yang datang. Akupun dengan santainya menunggu.
Waktu menunjukan pukul 6.30, aku masih menunggu. Aku yakin aku tidak akan terlambat. Tapi masih belum ada angkot yang lewat. Beberapa menit kemudian, temanku, Nurul datang. Kami saling bertegur sapa.
Pukul 6.35, dengan pikiran yang semerawut, aku tetap menunggu transportasi umum yang diandalkan sebagian besar masyarakat Indonesia itu datang. Kulirik Nurul disamping, mulutnya komat-kamit tak karuan. Panik, takut terlambat. Aku merasakan hal yang sama. Bakal telat, nih gue..
Pukul 6.40… Mampuuuussss!!! Telat gue telaaat!
“Nit, kita naik ojek aja, yuk! Patungan. Mau gak?” Nurul mengusulkan. Aku dilema berat. Antara uang jajan yang berkurang, atau keselamatan mukaku yang kece ini agar tidak malu karena telat. Aku berpikir, sekarang sudah pukul 6.45, percuma saja kalau aku naik ojek. Toh, bakalan telat juga. Tapi mungkin masih ada harapan. Ya, ampun bingung! Naik ojek atau enggak? Naik..enggak..naik..enggak..naik..enggak..naik… Ya TUHAN BERI AKU PETUNJUK-MUUUUU!!!
Biiiipp…
Seakan Tuhan mendengar doaku, sebuah kendaran berwarna biru beroda empat, dan dipinggirnya terdapat tulisan ‘Angkutan perkotaan’ datang menghampiri kami dengan membawa seribu kelegaan. Tak ada uang jajan yang berkurang. Hanya saja kata ‘telat’ masih mengantui kami.
Aku memberanikan diri melihat jam digital pada ponselku. 6.50… yaah, aku akan datang terlambat. Selamat pagi dunia, ini aku salah satu pendudukmu yang akan menanggung malu hari ini…
Aku membuka novel yang aku pinjam dari temanku, Sarah. Mencari pembatas buku, dan mulai membaca lagi. Novel ini sedikit mengilangkan kegelisahanku tentang waktu dan sekolah (ngerti kan maksudnyaaa?). Targetku, novel dengan 380 halaman ini, selesai hari ini. Makanya aku mepercepat kecepatan membacaku. Tinggal seratus halaman lebih. Biasanya jam istirahat juga kelar. Gak enak kalau minjem lama-lama. Takut rusak, atau bahkan hilang. Aku itu orangnya ceroboh bukan main. Rasanya, segala hal yang aku pegang jadi rusak. Jadi aku berharap, novelnya Sarah ini bisa aman, selamat sentosa, sehat walafiat ditanganku.
“Nit, jam berapa?” Tanya Nurul. Kulirik lagi jam digital pada ponselku. 7.01… lemas rasanya. Walaupu aku sudah tahu, kalau aku akan sampai sekolah pasti terlambat, tapi rasanya sesak saat aku tahu tak ada lagi peluang bagiku untuk tidak sampai terlambat.
“Jam tujuh, Rul..”
“Jam tujuh?!! Mapus gue! Jam pertama gue, kepsek yang ngajar!!” Nurul terlihat frustasi, beda denganku yang sudah frustasi sejak awal. Aku tersenyum miris. Jam pertama kepsek yang ngajar? Gila! Mampus aja dia! Untung pelajaran pertama gue yang ngisi pak Eza (nama disamarkan) guru matematika yang paling baik sejagad!
Pukul 7.15 aku sudah sampai di pertigaan Seuseupan. Tinggal satu kali lagi naik angkot, maka aku akan sampai ke sekolah. Disini sepertinya tinggal aku pelajar satu-satunya. Keadaan ini membuat aku bertambah tegang. Angkot melaju dengan agak cepat, kulihat supirnya melihat kearahku. Mungkin kasihan melihatku yang gelisah karena sudah terlambat sehingga dia mempercepat laju angkotnya.
Angkot berhenti, ada yang naik anak sekolah juga. Setelah kulihat ternyata teman sekelasku, Andre. Gue ada temen.. gue ada temeeeeeen!!! Aku girang bukan main, berarti aku bukan satu-satunya anak yang datang terlambat.
Laju angkot semakin melambat, ternyata aku hampir sampai. Saat angkot benar-benar berhenti, aku turun dan berlari menuju gerbang sekolah. Dikunci! Sial benar aku. Selain aku dan Andre, ada juga anak kelas 10 yang nangkring didepan gerbang.
Dari pada kayak orang susah nangkring depan gerbang, mendingan gue baca novelnya Sarah di teras orang.. batinku. Akupun beranjak dari gerbang sekolah menuju salah satu rumah warga disitu yang kebetulan tak memiliki gerbang, sehingga aku bisa duduk disana dan melanjutkan membaca. Aku terpaksa harus menunggu sampai pukul 8.30. karena biasanya, gerbang baru dibuka kembali pukul 8.30 bertepatan dengan jam pelajaran ke 4. Praktek biologi ada pada jam pelajaran ke 4 sehingga aku masih bisa mengikutinya. Syukurlah, karena aku sudah membawa bahan praktek untuk kelompoku. Sayang kalau tidak dipakai.
Masih pukul 7.35, aku punya banyak waktu untuk menyelesaikan bacaanku. Tiba-tiba ponselku bergetar. Ada sms masuk.
From Atika [081546287***]
Nita ada dimana?

To Atika [081546287***]
Di depan, koy. Telaaat L gak boleh masuk..

Aku menekan tombol send, dan melanjutkan membaca. Aku membayangkan, pasti Atika –teman sebangku ku—dan teman-teman yang lain sedang merasa bosan. Pak Eza itu guru paling baik, sekaligus paling ngebetein juga. Hahaha. Lagian pagi-pagi sarapan matematika. Ada untungnya juga aku terlambat, jadi gak perlu masuk pelajaran pak Eza. Muehehehe, jangan ditiru, yaa! ;)
Drrtt…drtt..drrt… ponselku kembali bergetar.
From Atika [081546287***]
Terus gimana dong?  Emang gak boleh masuk sama siapa?

To Atika[ 081546287***]
Gerbangnya dikunci. Bu Esti paling yang ngelarang.

Klik send. Drrtt..drtt… lagi-lagi ponselku bergetar.
From Akbar [083875841***]
Enggak boleh masuk bukan?

To Akbar [083875841***]
Iyaa L

Selanjutnya banyak SMS masuk dari Akbar, Atika, dan Bili. Ucapan turut prihatin dari mereka sedikit mebuatku terkekeh. Mereka paling bisa membuatku tertawa. Apalagi SMS dari Bili.
From Bili [08998558***]
Emak yang baik, kok kesiangan? Eheheehe…

Nama panggilan yang khusus teman-teman berikan kepadaku adalah ‘emak’ dari sekian banyak nama bagus nan indah dimuka bumi ini, yang mereka pilih adalah ‘emak’. Kenapa harus emak? Kenapaa?? KENAPAAA?? Okee, aku udah mulai error.
Aku baru ingat, salah satu teman dekatku, Maya belum mengucapkan kata-kata turut prihatin atas terlambatnya aku ke sekolah sehingga harus di tambat di depan gerbang. Gue sms aja deh..
To Maya [083811277***]
Tega lo gak nengokin gue..

Sambil terkekeh, aku melanjutkan membaca novel, sambil sesekali membalas sms teman-temanku. Aku menengok kearah bangunan sekolah. Kelasku tampak jelas memanjang di lantai dua. Pak Eza, meninggalkan kelas.
From Maya [083811277***]
Emang lu dimana?

Tuh kan, Maya gak sadar aku terlambat!

To Maya [08311277***]
Di luar, kesiangan gue. Liat ke jendela deh. Buruan!

Akupun memperhatikan jendela samping kelasku. Tiba-tiba ada sesosok, eh dua, eh, tiga, eh banyak! Aku tidak tahu ada berapa orang yang nongol di kaca sambil dadah dadah kepadaku. Hahaha, dasar norak! Masa orang telat di dadahin -___-. Akupun jadi tertawa. Ada-ada aja temanku ini.
Lalu dengan serentak mereka berhamburan kembali ke tempat duduk masing-masing. Pak Eza sudah kembali. Aku melirik jam pada ponselku. Pukul 8.00. setengah jam lagi aku akan bergabung bersama mereka.
Tiba-tiba gerbang sekolah dibuka. Aku bangun dan melihat beberapa kakak kelas keluar. Aku kira, aku beserta siswa yang telat lainnya akan dimasukan. Ternyata Cuma kakak kelas yang numpang lewat mau fotocopi.
Aku kembali duduk dan melanjutkan membaca. Kubetulkan letak kacamataku yang sudah mulai turun.
“Dek, kok gak masuk? Telat, ya?!” Tanya salah satu dari gerombolan kakak kelas laki-laki itu. Aku menggeram. Udah tau telat masih nanya! Batinku geram.
“Pulang aja, dek! Percuma nunggu juga, gak bakal dimasukin!” ujar mereka sambil tersenyum. Aku balas tersenyum dan menjawab “Gak bisa kak. Hari ini ada praktek. Jadi harus ikut, gak bisa pulang.”  Balasku sambil tersenyum kecut.
Aku bisa mendengar mereka sling berbisik..
“Anak IPA woy, ga mungkin cabut.”
“Dia pake kacamata. Yang bener aja lu nyuruh dia balik.”
“Emang kalo gue pake kacamata juga, gue bakalan rajin kayak dia?”
Kakak kelas yang bodoh! Kok bisa-bisanya mereka ngikutin pelajaran kalo otaknya dangkal begitu. Aku kesal! Gimana enggak? Lagi-lagi kacamataku disangkutpautin dengan segala hal! Maraaaaaahh!!! Bagiku kacamata itu keren, ga tau deh ya kenapa orang-orang selalu mengartikan bahwa kacamata = cupu!
Fokus! Aku harus baca novel lagi. Jangan peduliin kakak kelas silan yang sok itu!
Pukul 8.30, gerbang dibuka dan ak masuk kelas diikuti dengan tepuk tangan riuh dan taburan bunga (Lebay gue lebaaaaayyy!).
“Emaaak!” teman-temanku tercinta tersayang tersanjung tersandung *eh menyambutku denagn suka cita. Seperti Pinokio yang kembali bertemu ayahnya…
Aku membereskan barang-barangku dan mengikuti yang lain ke lab IPA. Aku akan mempelajari kandungan gizi pada makanan. Aku sudah membawa larutn amilum, sedangkan Atika membawa larutan glukosa. Kelompokku terdiri atas 7 orang. Aku, Atika, Rani, Maya, Fikri, Rakha, dan Resti.
Aku mulai mnerjakan apapun yang diperintahkan guru biologiku yang yaaaah bisa dibilang the killer teacher.
“She is back! You-Know-Who is back! The dark lord is back!” Fikri nyeloteh gak karuan saat guru Biologiku lewat.
“Lha? Voldemort dong? You know who mah voldemort. Dia mah bukan You Know Who (Kamu-Tahu-Siapa), tapi You No Poo (Kamu Tidak bisa Berak)”  candaku membalasnya.
Stelah beberapa lama kemudian, larutan amilum dan glukosa yang sudah diuji coba, diletakan pada rak tabung reaksi. Larutan glukosa berubah warna dari bening menjadi jingga papaya. Sedangkan amilum dari putih susu menjadi biru pekat.
“Mak, ini yang warna oranye (re: oren) apa?” Tanya Rani.
“Oh, itu glukosa.”
“Kalo yang biru?”
“Itu amilum.”
“Kalo yang item?” tanyanya lagi iseng. Ha? Item? Perasaan ga da larutan yang warnanya item deh. Hehe, iseng ah kataku.
“Yang item? Itu si Rakha!” hahahah, anggota kelompokku jadi tertawa. Rakha anggota kelompokku Cuma bisa bengong hingga akhirnya ikutan nyengir juga.
Stelah praktek selesai, aku mengemasi alat tulisku dan kembali ke kelas. Haaaah.. nyaman rasanya duduk dibangkuku dan bukan di teras orang. Ikut pelajaran dan bercanda sama teman. Walau terkadang rasa bosan selalu datang saat jam pelajaran berlangsung, tapi rasa ini lebih nyaman dibanding nangkring di gerbang menunggu jam pelajaran ke empat datang J
Aku gak mau telat lagi. Aku gak mau bengong kayak orang bego di depan gerbang. Aku gak mau digodain kakak kelas iseng lagi. Aku mau datang tepat waktu dan memulai pelajaran dengan hati yang lebih tenang. Bukan dengan hati yang gusar karena kesiangan! Don’t be late, guys.. soalnya telat itu rasanya kayak, kayak dipaksa makan kue lapis, meluncur pake papan segede betis, nyampe ruang guru yang paliiiiiiing sadiss.

0 Comments:

Post a Comment



Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

anita agustina. Diberdayakan oleh Blogger.